Share : | | Artikel | Film | Keluarga | Quranic Quotient Centre |                                                                                                

Senin, 14 Februari 2011

Mencium Langkah Komprador

Suasana sore yang santai dgn kesegaran wangian sabun merupakan efek terapi aroma yang mampu membuat kita fresh apalagi ditemani satu mug besar kopi hangat and d'Gank seperti Rokok clove asli cita rasa Indonesia serta pengganjal perut yg kudu musti alias wajib msh hangat, seperti pisang goreng atau singkong (sayang buat pengganjal perut ini sedang absen di karenakan untuk kehadirannya perlu dipertimbangkan dgn biaya kebutuhan pokok lainnya).

Sekejap suasana damai hati, damai jiwa, serta damai raga terusik manakala obrolan sore ini mengusik ttg nasib negeri ini, negeri yang kaya sumber dasar baik alam maupun tenaga manusianya, tampak tak mampu menopang kesejahteraan dirinya sendiri.


Apa iya SDM negeri ini tak mampu mengelola negeri ini untuk kejayaan dan kewibawaan negerinya sendiri ??...

Apa betul SDA negeri ini tak cukup mendulang pundi-pundi harta untuk kemajuan dan kesejahteraan negerinya sendiri ??...


Jika itu semua benar, tak mungkin salah lagi, bahwa di negeri kita ada tikus penghianat yg mementingkan dirinya sendiri. Tikus penghianat ini bak musuh dlm selimut ataupun pagar yang memakan tanamannya sendiri,,, boleh di sebut serigala berbulu domba juga kali yaa... Namun kita tegaskan mereka adalah Antek Negara Asing atau yang kita kenal dgn nama PENGUASA KOMPRADOR !!...

APA ITU PENGUASA KOMPRADOR ??...


Penguasa komprador adalah penguasa yang menjadi kaki tangan negara asing (khususnya negara besar) dalam hubungannya dengan rakyat.
Jadi singkatnya Komprador itu adalah antek, kaki tangan bahkan bisa di sebut juga penghianat.

Pada zaman penjajahan, para demang adalah orang Indonesia yang menjadi penguasa, tetapi mengabdi bagi kepentingan Belanda. Nah, kedudukan para demang dulu tidak jauh berbeda dengan penguasa komprador sekarang. Dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan al-?umala? alias penguasa boneka.

Mungkin termasuk penguasa negeri ini, karena dalam pengakuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat berkunjung ke negeri Paman Sam pernah menyatakan :
"I love the United States with all its faults. I consider it my second country."
Secara bebas dapat diartikan :
"Saya cinta Amerika dengan segala kesalahannya. Saya menganggapnya sebagai negara kedua saya." (Al-Jazeera English Archive, 6 Juli 2004). [Sumber]
atau misalnya, Australia tegas-tegas menyatakan diri sebagai sherif Amerika Serikat (AS) di Asia Pasifik.


CIRI-CIRI SUATU NEGARA DIKUASAI OLEH PENGUASA KOMPRADOR


01. Kemiskinan Yang Berkepanjangan Akibat Program Pemiskinan Dari Pihak Asing :


Kesejahteraan Yang tidak seimbang hingga menciptakan Kesenjangan Sosial yang cukup jauh jaraknya antara si Miskin dengan si Kaya. Dimana perbandingan si miskin dengan si Kaya melebihi setengah jumlah rakyat di negeri yang dikuasai, bahkan mungkin mencapai dua pertiganya.

02. Mengikuti Kebijakan Asing
Sebagai contoh, pada tahun 1989 terdapat kesepakatan antara AS, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia yang dikenal dengan The Washington Concensus. Di dalamnya terdapat kebijakan liberalisasi perdagangan, privatisasi, dan pencabutan subsidi. Penguasa yang membebek kepada AS menerapkan kebijakan tersebut. Perusahaan-perusahaan negara (BUMN) dijual kepada asing, subsidi bahan bakar minyak (BBM) dicabut, mengikuti pasar bebas sekalipun tidak siap, dll. Dari aspek politik, ketika AS menyerukan war on terrorism (perang melawan terorisme) segeralah penguasa negeri Muslim yang menjadi kompradornya menerapkan hal yang sama terhadap umat Islam.

03. Undang-Undang (UU) Yang Dikeluarkan Lebih Pro Asing Daripada Pro Rakyat.
Sebut saja UU Migas yang memberikan kesempatan besar bagi asing untuk menguasai migas, UU SDA hingga asing pun diperkenankan menguasai sumberdaya air, dll.

04. Mengangkat pejabat yang merupakan kader-kader asing
Sebut saja, ketika menunjuk tim ekonomi selalu berasal dari Mafia Berkeley. Seperti banyak diketahui umum, sejumlah menteri di dalam kabinet merupakan titipan IMF, Bank Dunia, bahkan pemerintah AS. Dalam suatu kesempatan di televisi Kwik Kian Gie pernah mengatakan, bagaimana penyusunan kabinet ditunda karena Presiden menunggu kedatangan Duta Besar AS.

05. Dalam Bekerjasama Dengan Asing Lebih Menjaga Kepentingan Asing
Dalam masalah minyak, misalnya, bagaimana daerah kaya minyak Blok Cepu diserahkan kepada Exxon, atau tambang emas di Papua diserahkan kepada Freeport. Namru 2 yang merupakan tim angkatan laut AS yang berkedok penelitian kesehatan dibiarkan terus berjalan tanpa tersentuh hukum karena diberi kekebalan diplomatik.


Memang rakyat memilih langsung penguasanya. Namun, jangan lupa, rakyat akan memilih sesuai dengan opini yang dikembangkan media massa, sesuai politik pencitraan. Padahal media massa itu dikuasai oleh para pemilik modal yang sebagian besar orang asing. Opini pun dibuat sedemikian rupa sesuai dengan kepentingan mereka. Belum lagi untuk biaya kampanye, dananya darimana? Politik uang yang semarak dimana-mana dananya dari siapa? Mestilah dari perusahaan, baik swasta maupun asing, atau ada juga yang langsung dari negara besar melalui lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk turut menyukseskan calon penguasa tertentu.

penguasa komprador itu selalu lebih berpihak kepada negara asing daripada kepada rakyatnya. Memang tidak mengherankan, karena dalam suatu Corporate State rakyat didudukkan sebagai pembeli, sementara penguasa sebagai penjual. Hanya istilahnya saja yang dibuat keren, yakni negara bertindak sebagai Fasilitator dan Dinamisator.

Padahal sejatinya, seperti kata Nabi Muhammad saw. : Penguasa itu bertindak sebagai gembala. Mereka mengurusi urusan rakyatnya, memenuhi kebutuhan hidupnya, menjamin keamanannya, dan mengelola harta milik rakyat untuk kemakmuran bersama.

Dalam kasus kenaikan BBM pada tahun 2005, misalnya, sekalipun penentangan dimana-mana, penguasa jalan terus. Bahkan sebuah LSM yang mendapat dana bantuan asing disertai nama-nama ?intelektual? dengan dukungan Pemerintah membuat pernyataan mendukung kenaikan BBM lebih dari 100 persen itu. Saat kenaikan BBM bulan Mei 2008 lalu, penguasa tidak mendengarkan suara rakyat. Berlagak demokratis para pejabat hanya menyatakan, ?Demonstrasi tidak setuju BBM tidak apa-apa. Itu kan bunga demokrasi.? Mau setuju silakan, mau tidak setuju silakan, yang penting BBM naik, dan 150 perusahaan asing siap berinvestasi di sektor hilir migas, seperti di SPBU (pom bensin).

PEMBERITAHUAN